KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat, setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya pengambilan keputusan. Untuk itu dibutuhkan forum diskusi (musyawarah) guna melatih keterampilan pengambilan keputusan atau kata sepakat.
Dalam proses pembelajaran tujuan yang hendak dicapai tidak terbatas pada pengetahuan saja, melainkan juga pembentukan keterampiIan dan sikap.Karena itu menuntut adanya model pembelajaran yang dapat melibatkan potensi peserta didik secara optimal, yaitu suatu model pembelajaran yang menekankan penggunaan metode diskusi kelompak dalarn pelaksanaanya. Kegiatan ini memungkinkan peserta didik untuk menguasai konsep-konsep materi untuk memecahkan suatu masalah melalui proses berpikir kritis, percaya diri, berani berpendapat secara kritis dan positif serta mampu berinteraksi dengan temannya.
1. Pengertian
Diskusi kelompok kecil, yaitu percakapan dalam kelompok yang memenuhi syarat:
a. Melibatkan kelompak yang banyak anggotannya berkisar antara tiga sampai sembilan orang
b. Berlangsung dalam interaksi secara bebas dan langsung
c. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok
d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju suatu kesimpulan.
Jadi keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah melaksanakan kegiatan membimbing peserta didik agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil secara efektif dalam rangka mencapai indikator .
2. Tujuan
a. Memberikan pengalaman kepada peserta didik daiam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang menuntut pemecahan.
b. Mengernbangkan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
c. Melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan meningkatkan pengambilan keputusan.
3. Prinsip Penggunaan
a. Diskusi Hendaknya Berlangsung Dalam Iklim Terbuka.
Hal ini ditandai oleh adanya kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal topik lebih jauh, keantusiasan berpartisipasi dan kesediaan menghargai pendapat orang lain serta terbinanya perasaan aman dan bebas berpendapat.
b.Kegiatan diskusi dapat berlangsung secara efektif jika didahului oleh perencanaan dan persiapan yang matang
1).Pemilihan topik sesuai dengan indikator khusus yang akan dicakup, minat dan kemampuan peserta didik serta bermakn.a bagi peningkatan kemampuan berpikirnya.
2).Perumusan, masalah hendaknya mengandung jawaban yang komplek atau jawaban bermacam-macam yang berbeda hanya tingkat kebenaran, sudut pandang dan arah peninjauannya.
3).Penyiapan informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik agar peserta didik memiliki latar belakang pengetahuan yang sama yang dapat diIakukan dengan membaca artikel, melakukan observasi dan lain-lain.
4).Penyiapan diri sebaik-baiknya sebagai pemimpin diskusi. Dalam hal ini guru hendaknya selalu siap sebagai sumber informasi, motivator. Sehingga dapat memberikan penjelasan yang diperlukan dan menyusun pertanyaan yang memotivasi peserta didik dan memahami kesulitannya.
5) Penetapan besar kelompok peserta didik.
Besar kecilnya kelompok mempunyai kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Karena itu hendaknya dipertimbangkan pengalaman, kematangan dan keterampilan peserta didik, tingkat kekompakan, intensitas minat, latar belakang pengetahuan dan keterampilan guru memimpin diskusi.
6) Pengaturan tempat duduk, agar diupayakan anggota kelompok dapat bertatap muka dan pemimpin diskusi berada dalam posisi yang memungkinkan dapat berhadapan dengan anggota.Sehingga terpupuk suasana kehangatan, persahabatan, keko hesivan antar peserta.
c. Pemanfaatan Secara Maksimal Kekuatanlkeuntungan Diskusi
1) Hasil keputusan kelompok lebih kaya
2) Anggota kelompok sering dimotivasi oleh kehadiran kelompok lain
3) Anggota kelompok yang pemalu lebih bebas mengemukakan pendapat dalam kelompok kecil
4) Anggota kelompok lebih merasa terikat dalam melaksanakan, keputusan kelompok karena terlibat dalam proses pengambilan keputusan
5) Diskusi kelompok dapat meningkatakan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain (kemampuan berinteraksi)
d.Menghindari atau mengurangi kelemahan-kelemahan diskusi kelompok, antara lain:
1) Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara belajar biasa
2) Dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal negatif seperti pengarahan kurang tepat, pembicaraan berlarut-larut, penyimpangan yang tidak ditegur, penampilan yang kurang baik.
3) Anggota yang pendiam atau pernalu sering tidak mendapat kesempatan mengemukakan pendapatnya.Akibatnya ia dapat menarik diri atau terjadi frustasi
4) Jika pemimpin kurang bijaksana diskusi dapat didominasi oieh orang-orang tertentu °
4. Komponen Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
a. Memusatkan perhatian yang dilakukan dengan jalan :
1) Merumuskan tujuan pada awal diskusi dan mengenalkan topik atau masalah yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang mengugah rasa ingin tahu
2) Menyatakan masalah-masalah khusus dan menyatakan kembali bila terjadi penyimpangan
3) Mencatat perubahan-perubahan yang tidak relevan yang mengakibatkan penyimpangan dari tujuan atau masalah pokok yang dipecahkan
4) Merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu sebelum melanjutkan masalah berikutnya
b. Memperjelas masalah atau urutan pendapat sehingga peserta diskusi mendapat gambararn yang sama tentang apa yang dikernukakan dan membantu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.Adapun caranya:
1) Menguraikan kembali gagasan peserta didik yang kurang jelas itu hingga menjadi jelas (dimengerti oleh anggota kelompok).
2) Meminta komentar peserta diskusi yang lain dengan mengajukan pertanyaan yang membantu memperjelas/ mengembangkan ide
3) Menguraikan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh sehingga mudah dimengerti
c. Menganalisis pandangan peserta didik.
Perbedaan pendapat diantara anggota kelompok dalam diskusi sering terjadi. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk membimbing peserta didik berpartisipasi secara konstruktif dan kreatif dengan cara, guru (pemimpin diskusi) mampu menganalisis alasan perbedaan pendapat misalnya:
1) Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
2) Memperjelas hai-hal yang telah disepakati dan tidak di sepakati.
d. .Menganalisis pendapat peserta didik, dengan jalan:
1) Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang peserta didik untuk berpikir.
2) Memberikan contoh baik verbal maupun non verbal
3) Menghangatkan suasana dengan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat
4) Memberi waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu oleh komentar guru
5) Memberikan dukungan terhadap urun peserta didik dengan jalan mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan komentar yang positif, sikap yang bersahabat, mimik yang memberikan penguatan
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, yang dilakukan dengan jalan:
1) Mencoba memancing peserta didik yang malu-malu mengeluarkan pendapat
2) Mencegah terjadinya pembicaraan yang serentak dengan memberi giliran pada peserta didik yang pendiam lebih dulu
3) Mencegah secara bijaksana peserta didik yang memonopoli pembicaraan
4) Mendorong peserta didik mengomentari urunan pikiran temannya sehingga interaksi antar peserta didik dapat ditingkatkan
5) Jika terjadi jalan buntu karena perbedaan pendapat dapat dicari jalan pemecahan masalah secara alternatif
f. Menutup diskusi dengan cara
1) Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan peserta didik
2) Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi atau tentang topik diskusi yang akan datang
3) Mengajak peserta didik menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai dengan cara observasi, wawancara, skala sikap dan sebagiannya. Dengan ini peserta didik menyadari peran dan penampilannya dalam diskusi dan merupakan balikan untuk perbaikan yang akan datang.
Agar guru menguasai ke enam keterampilan diatas dengan baik hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat peserta didik dan latar belakang pengetahunnya
2) Mendominasi pembicraraan dengan pertanyaan yang terlampau banyak dan jawaban yang banyak pula
3) Membiarkan peserta didik tertentu monopoli pembicaraan
4) Membiarkan terjadinya penyimpangan atau pembicaraan yang tidak relevan
5) Tergesa-gesa meminta respon peserta didik atau terus mengisi waktu dengan berbicara, peserta didik tidak sempat berpikir
6) Membiarkan peserta didik enggan berpartisipasi
7) Tidak memperjelas atau mendukung urtrn pendapat peserta didik
8) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.
Sumber: blog sukarni uir.
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Keberhasilan guru dalam mengajar tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor yang langsung berhubungan dengan proses pembelajaran saja, tetapi juga ada faktor lain yaitu kemampuan dalam mencegah timbulnya tingkah laku peserta didik yang mengganggu jalannya proses pembelajaran serta kondisi fisik yang tersedia dan pengolahannya. Misal: peserta didik ngantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, suka mengganggu teman, mengajukan pertanyaan aneh, kelas kotor, kursi banyak kutu busuk dan sebaginnya.
1. Pengertian
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
2. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Khusus pengelolan kelas yang menyangkut orang (peserta didik) dapat bersifat individual atau keIompok, maka untuk menanganinya diperlukan kehati-hatian. Biasanya teknik yang digunakan antara lain: nasihat, teguran, larangan, ancaman, teladan, hukuman dan sebagainya.
Menurut James Cooper dkk. mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat teknik-teknik yaitu:
a. Pendekatan Alodifikasi Perilaku.
Pendekatan ini bertolak dari psikalogi behavioral dengan anggapan dasar bahwa tingkah manusia yang baik maupun yang buruk dalam batas-batas tertentu merupakan hasil belajar. Pendekatan ini memanfaatkan hasil penelitian tentang bagai mana tingkah laku manusia terbentuk melalui hubungan manusia dengan lingkungan guna merumuskan teknik-teknik yang dapat dihandalkan dalam membina manusia, yaitu:
1) Penguatan negatif yaitu: pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan dan penghilangan tersebut.
Contoh: misalnya guru ingin agar peserta didik berani mengeluarkan pendapat, guru selalu menunjuk langsung peserta didik yang tidak berani mengeluarkan pendapat agar mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak
menyenangkan).Bila suatu saat peserta didik berani mengeluarkan pendapat tanpa menunggu ditunjuk guru maka guru mulai mengurangi secara berangsur-angsur cara menunjuk langsung (penguatan negatit). Pengurangan itu semakin meningkat sejalan dengan semakin seringnya,peserta didik mengeluarkan pendapat tanpa ditunjuk guru hingga akhirnya ditiadakan bila peserta didik telah terbiasa mengeluarkan pendapat.
Hal-hal yang perlu dihindarkan dalam penggunaan penguatan negatif:
a) Hindarkan pemberian stimulus yang menyakitkan
b) Sasaranya jelas
c) Pemberian penguatan dengan segera
d) Penyajian stimulus yang bervariasi e) Keantusiasan.
2) Penghapusan yaitu: usaha mengubah tingkah laku peserta didik dengan cara menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah laku peserta didik yang semula dikuatkan dengan respons tersebut.Sebagai contoh, seorang peserta didik yang selalu mengomentari penjelasan guru saat guru sedang menerangkan, misalnya, mungkin karena setiap kali peserta didik mengomentari penjelasan guru, guru selalu memberikan respons yang memberikan kesan pada peserta didik bahwa guru tidak berkeberatan dengan komentar komentar seperti itu (padahal guru sebenarnya tidak mengharapkan komentar seperti itu). Untuk mengurangi artau menghilangkan kebiasaan seperti tersebut, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah penghapusan, yaitu dengan menghentikan pemberian respons yang memberikan kesan pada peserta didik bahwa guru tidak berkebertaan terhadap kebiasan peserta didik tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan penghapusan, yaitu:
a) Untuk mengurangi kekecewaan peserta didik sebagai akibat ditiadakannya pengukuh yang diharapkan, sebaiknya teknik ini dikombinasikan dengan teknik lain, khususnya teknik penguatan positif, bila ternyata ada hal-hal yang dilakukan oleh peserta didik.
b) Bila guru sulit menemukan penguatan yang membentuk tingkah laku peserta didik, lalu setelah mencoba-coba beberapa pengukuh ternyata gagal, sebaiknya digunakan teknik lain agar peserta didik tidak terlalu larut dalam tingkah laku yang hendak dihapus lersebut.
c) Dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam menghilangkan tingkah laku peserta didik yang menyimpang bila mengguna kan teknik penghapusan. Sementara penghapusan berlangsung dan peserta didik melakukan tindakan yang sangat mengganggu kelancaran proses pembelajaran, misal menyebab kan peserta didik sekelas tertawa berkepanjangan, sebaiknya teknik ini tidak dilanjutkan pemakaiannya dan diganti dengan teknik lain.
d) Bila suatu penguatan telah ditetapkan untuk tidak diberikan kepada peserta didik, maka sedapat mungkin penguatan tersebut tidak diberikan.Untuk itu perlu ada koordinasi antar staf pengajar agar tidak terjadi ada guru tidak memberikan penguatan, dipihak lain ada guru yang tetap memberikan.Bila hal demikian terjadi akan semakin sulit menghapus tingkah laku peserta didik yang menyimpang tersebut.
3) Hukuman.
Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku peserta didik yang tidak dikehendaki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hukuman:
a) Sedapat mungkin aturan hukuman diciptakan bersama antara guru dengan peserta didik atau minimal disepakati oleh peserta didik.Dengan demikian ia lebih ikhlas bila dihukum.
b) Hukuman hendaknya diberikan segera setelah pelanggaran terjadi sehingga peserta didik memilikik kesan yang kuat tentang kaitan antara pelanggaran dan hukuman.
c) Sedapat mungkin hukuman dikombinasikan dengan teknik lain terutama teknik penguatan positif, bila ada haI-hal positif pada diri peserta didik.
d) Setelah menghukum peserta didik, guru hendaknya bersikap wajar seperti semula agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat pemberian hukuman dapat pulih kembali.
e) Bentuk-bentuk hukukman yang digunakan bervariasi agar peserta didik tidak menjadi jenuh atau kebal dengan sesuatu bentuk hukuman.
b. Pendekatan /klim Sosial Emosional
Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik. Selanjutnya guru dipandang memegang peranan penting
dalam menciptakan hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan pada kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan kejasama dapat berlangsung dengan lancar. Dan bila terjadi kesalahpahaman mudah dicari jalan keluarnya. Demikin halnya dengan proses pembelajaran disekolah, bila hubungan antara guru dengan peserta didik baik, maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, kesalahpahaman yang timbul dapat diatasi dengan mudah.
1) Sikap umum, yaitu terbuka, menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia, empati, membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya, demokratis (melibatkan peserta didik dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingannya)
2) Sikap khusus.Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel mengelompokkan tingkah laku peserta didik yang biasanya mengganggu proses pembelajaran menjadi empat macam yaitu:
a) Peserta didik yang memiliki tingkah laku menarik perhatian akan selalu berusaha memakai berbagai cara unfuk menarik perhatian guru. la mungkin tertawa lebih keras dibanding dengan teman-temannya, sering menggoda teman disebeiahnya, pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti sehingga bertanya terus clan sebagainnya. Hal yang demikian sebaiknya dibiarkan saja, masa bodoh.
b) Peserta didik yang memiliki tingkah laku menguasai akan selalu berusaha mengalahkan orang lain.Bila tidak dapat secara wajar, ia akan marah dan melakukan tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri sama sekali clan tidak mau melaksanakan kewajibannya.Hal ini atasi dengan memberikan tugas untuk memimpin yang membutuhkan kebera man atau kekuatan fisik.
c) Peserta didik yang memiliki tingkah laku membalas dendam akan selalu melakukan tindakan yang menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Hal ini serahkan pada psikolog dan guru hanya membantu pelaksanaanya di kelas.
d) Peserta didik yang memiliki tingkah laku merasa tidak mampu akan selalu mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas.Karena bisannya ia yakin akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal ini jangan disalahkan langsung melainkan berikan dorongan dan bimbingan.
c.Pendekatan Proses kelompok.
Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan dinamika kelompok, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh karena itu, peranan guru dalam rangka pengelolaan kelas adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada awal pelajaran, para peserta didik biasanya masih merupakan kerumunan orang dengan tujuan, pikiran, perasaan yang sangat berbeda. Tugas guru adalah memadu kepentingan-kepentingan perseorangan tersebut menjadi kepentingan kelompok, kemudian membentuk kerumunan tersebut rnenjadi satu kelompok dengan ikatan yang kuat dan mampu bekerja sama secara produktif. Guna mengikat kerumunan peserta didik menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, ada sejumlah unsur yang diperlukan.Unsur-unsur penting yang amat diperlukan adalah tujuan, aturan, dan pemimpin.
1) Tujuan Kelompok.
Karena para peserta didik biasanya hadir di kelas dengan tujuan yang berbeda, maka tugas guru yang pertama adalah mengarahkan para peserta didik ke tujuan kelas, khususnya indikator .Tujuan yang dapat mendorong usaha untuk mencapainnya antara lain adalah tujuan yang jelas dan realistis. Oleh sebab itu, guru perlu merumuskan tujuan yang realistis serta mengkomunikasikannya secara jelas kepada peserta didik.
2) Aturan.
Aturan yang mampu mengikat peserta didik menjadi kelompok yang padu adalah aturan yang dapat dibuat bersama antara guru dan peserta didik atau minimal disetujui oleh peserta didik. Bila ada peserta didik yang tidak menyetujui aturan dalam kelompok akan mengurangi daya ikat aturan tersebut.
3) Pemimpin.
Seorang guru dengan sendirinya akan menjadi pemimpin kelompok peserta didik di kelas ia mengajar. Sebagai pemimpin hal pertama yang harus dilaksanakan adalah menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk aturan kelompok. Selain itu daiam menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu mendorong dan memeratakan partisipasi, mengusahakan kompromi, mengurangi ketegangan, memperjelas komunikasi, mengatasi pertentangan antar pribadi atau antar kelompok dan menunjukkan kehadiran serta menerapkan sangsi.
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Proses pembelajaran yang berlangsung dengan kegiatan belajar yang sama, cenderung menurunkan minat dan motivasi peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, perIu diciptakan kondisi yang beragam selama proses pembelajaran melalui serangkaian kegiatan.
1.Tujuan
1. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian peserta didik terhadap aspek-aspek pembelajaran yang relevan
2. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu melalui kegiatan penelitian (inverstigasi) dan penjelajahan ( eskplorasi)
3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
4. Kemungkinan peserta didik mendapat layanan secara individual sehingga memberikan kemudahan belajar.
2.Prinsip Penggunaan
1. Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan, sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan hakikat pendidikan
2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak merusak perhatian pesertai didik dan mengganggu proses pembelajaran
3. Sejalan dengan prinsip a dan b, komponen variasi tertentu memerlukan susunan dan perencanaan yang baik. Artinya secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran (berstruktur).Dan apabila diperlukan komponen tersebut dapat digunakan secara luwes dan spontan sesuai dengan pengembangan proses pmbelajaran dan balikan dari peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
a. Variasi gaya mengajar guru: variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, mengadakan kontak pandang, gerakan badan dan mimik, pergantian posisi guru dalam kelas.
b. Variasi dalam penggunaan media dan materi, yaitu: media,materi yang dapat didengar, dapat dilihat dan dapat diraba serta dimanipulasi.
c. Varisasi pola interaksi dan kegiatan peserta didik, misal: partisipasi peserta didik dalam mendengarkan informasi guru, berdiskusi, kelompok-kelompok kecil, mengerjakan suatu tugas.
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Pada hakekatnya hampir semua orang ingin dihargai.Hal ini menunjukkan bahwa memperoleh penghargaan merupakan salah satu tuntutan setiap orang dalam hidupnya sehari-hari. Karena itu jika seseorang membutuhkan penghargaan yang lebih akan mendorong dirinya untuk memperbaiki tingkah laku dan mening katkan cara kerjanya.
Dalam proses pembelajaran penghargaan juga mempunyai arti yang penting. Karena dengan penghargaan memberikan penguatan atas tingkah laku positif peserta didik. Dan akan mendorong dirinya untuk mengambil inisiatif serta bersemangat dalam belajar.Untuk itu menerapkan keterampilan memberikan penguatan secara sistematis berdasarkan cara dan prinsip yang tepat akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
1. Pengertian
Keterampilan memberi penguatan adalah respon yang positif terhadap tingkah laku peserta didik yang memungkinkan terulangnya kembali tingkah laku tersebut
2. Tujuan
Memberi penguatan terhadap tingkah laku positif peserta didik selama proses pembelajaran bertujuan:
a. Meningkatkan perhatian peserta didik.
b. Memudahkan peserta didik selama proses pembelajaran.
c. Membangkitkan dan memelihara motivasi.
d. Mengendalikan dan mengubah tingkah laku belajar yang negatif kearah tingkah laku belajar yang produktif.
e. Mengatur dan mengembangkan diri sendiri dalam mengajar.
f. Mengarahkan cara berpikir tingkat tinggi.
3. Prinsip Penggunaan Keterampilan Memberi Penguatan
a. Kehangatan dan Keantusiasan
Dalam memberikan penguatan hendaknya menunjukkan kehangatan dan keantusiasan secara efektif baik suara, mimik maupun gerakan badan.
b. Makna
Bila guru mengatakan kepada seorang peserta didik, "karangan anda sangat baik", padahal karangan tersebut bukan hasil karyanya, maka penguatan yang diberikan tidak bermakna bagi peserta didik.Sebaiknya kepada peserta didik itu guru mengatakan, " karangan akan lebih baik jika anda berusaha sendiri". Dengan cara ini penguatan yang diberikan wajar dan bermakna bagi peserta didik yang bersangkuatan.
c. Hindakan Pemberian Respon Yang Negatif;
Respon negatif seperti komentar yang bernada menghina, ejekan kata-kata kasar, sindirian dan sebagainya, perlu dihindari karena akan mematahkan semangat peserta didik dalam mengembangkan dirinya.
4. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan
a. Penguatan verbal, seperti: bagus, benar, tepat; pekerjaan anda baik sekali, saya gembira dengan hasil pekerjaan anda dan sebagainya.
b. Penguatan dengan mimik dan gerakan badan, seperti: senyuman, anggukan, acungan jempol, tepuk tangan. Hal ini dapat diikuti dengan penguatan verbal.
c. Penguatan dengan cara mendekati, seperti: berdiri di samping peserta didik, berjalan menuju kearah peserta didik, duduk dekat peserta didik/kelompok dan sebaginya. Hal ini dapat dibarengi dengan penguatan verbal.
d. Penguatan dengan sentuhan.
Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap peserta didik atas usaha dan penampilannya dengan cara menepuk pundak, menjabat tangan atau mengangkat tangan peserta didik yang berprestasi di kelas. Penggunaan penguatan ini harus bijaksanan artinya dipertimbangakan umur, jenis kelamin dan latar kebudayaan setempat (umpamnnya mengelus-elus rambut ).
e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
Kegiatan atau tugas yang menyenangkan dapat dipakai sebagai penguatan.Misal: peserta didik yang dapat menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu dan baik dapat diberi tugas untuk membantu temannya yang kesulitan dan sebagainya.
f. Penguatan berupa simbol atau benda seperti: komentar tertulis pada buku peserta didik, kartu bergambar, bintang, lencana dan lainnya asal tidak terlalu mahal tapi bermakna simbolis.
0 komentar:
Posting Komentar